Budaya

Disbudpar Jatim Gaungkan Kesenian Topeng Panji: Warisan Budaya Malang untuk Generasi Z

71
×

Disbudpar Jatim Gaungkan Kesenian Topeng Panji: Warisan Budaya Malang untuk Generasi Z

Sebarkan artikel ini
Pertunjukan Panji Laras untuk mengenalkan kesenian topeng panji yang digelar di Taman Krida Budaya Kota Malang. (TIMES Indonesia)

Malang, Rakyat45.com – Dalam upaya melestarikan warisan budaya lokal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur memperkenalkan kembali kesenian Topeng Panji kepada generasi muda. Melalui pertunjukan bertajuk “Panji Laras”, seni tradisional khas Malang ini ditampilkan di Taman Krida Budaya, Kota Malang, Minggu (4/5/2025).

Kepala Disbudpar Jatim, Evy Afianasari, menyampaikan bahwa pengenalan budaya ini secara khusus menyasar anak-anak muda, termasuk generasi Z, agar mereka mengenal dan mencintai seni tradisional sejak dini.

“Kami ingin menyampaikan kepada generasi muda bahwa Jawa Timur memiliki warisan seni yang kaya, salah satunya *Topeng Panji. Tidak hanya indah dari segi visual, kesenian ini juga sarat dengan nilai-nilai luhur,” ujar Evy.

Pertunjukan “Panji Laras” melibatkan seniman lokal dari Sanggar Asmoro Bangun, dan turut dihadiri oleh pelajar asing sebagai bagian dari strategi mengenalkan budaya lokal ke kancah internasional. Evy berharap, lewat program ini, Topeng Panji bisa makin dikenal dan menjadi identitas budaya Jawa Timur yang mendunia.

Lebih dari sekadar pertunjukan, Topeng Panji mengandung nilai-nilai kehidupan yang relevan hingga kini. Menurut Evy, selain menonjolkan sisi estetika, kesenian ini mengajarkan tentang etika, kebijaksanaan, dan keteladanan hidup.

“Topeng Panji mengandung pesan moral tentang kesetiaan, perjuangan, dan pencarian jati diri—sesuatu yang penting untuk dimiliki generasi masa kini,” tambahnya.

Tak hanya tahun ini, Disbudpar Jatim juga berencana menggandeng setidaknya 12 sanggar Topeng Panji yang tersebar di Jawa Timur dalam periode mendatang. Harapannya, gerakan pelestarian ini bisa berlanjut secara masif dan terstruktur.

Di sisi lain, Suroso, Ketua Pelaksana acara sekaligus pengayom Sanggar Asmoro Bangun, menjelaskan bahwa pertunjukan “Panji Laras” merupakan bentuk edukasi budaya yang dikemas secara menarik. Ia menekankan bahwa kesenian tradisional tidak bisa dipisahkan dari unsur spiritual dan nilai kebersamaan.

“Setiap gerakan dan ritual dalam Topeng Panji punya makna. Semuanya saling terhubung dan mencerminkan harmonisasi antar pemain. Ini juga menjadi pendidikan karakter bagi generasi muda,” tutur Suroso.

Ia menambahkan, kisah Panji Laras yang ditampilkan malam itu menggambarkan tokoh muda yang menghadapi perjalanan berat dalam kesendirian di hutan hingga akhirnya menemukan jati diri dan bertemu kembali dengan sang ayah—sebuah cerita klasik penuh inspirasi yang masih relevan hingga kini.

Dengan semangat pelestarian dan pendekatan kekinian, Disbudpar Jatim berharap Topeng Panji bukan hanya menjadi tontonan, tetapi juga tuntunan bagi generasi masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *